Diplomasi memang dikenal masyarakat sebagai urusan para diplomat atau pejabat negara, namun hal tersebut sebenarnya sudah tidak berlaku lagi untuk era industri 4.0 saat ini. Memang istilah diplomasi merujuk pada kepentingan luar negeri suatu negara tapi sebenarnya aktivitas diplomasi sudah membaur pada kehidupan kita setiap hari. Konsep diplomasi publik sebenarnya muncul dengan membawa aktor non-negara termasuk kelompok dan individu sebagai aktor yang memiliki ruang dalam proses diplomasi publik. Keterlibatan aktor non-negara memungkinkan proses diplomasi publik menjadi lebih interaktif.[1] Pada konteks anak muda, diplomasi publik bisa dilakukan dengan berbagai cara, terutama penggunaan media sosial dalam berkreasi. Hal itulah yang menjadikan peluang untuk kawula muda dalam mengembangkan kreativitasnya.
Kegiatan diplomasi secara umum masih dikenal masyarakat sebagai kegiatan yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah dan masyarakat masih belum menyadari bahwa kegiatan diplomasi dapat dilakukan oleh semua orang. Diplomasi publik inilah yang menjadi suatu alternatif agar masyarakat dapat berkontribusi pada dunia diplomasi. Isu yang diangkat tidak lagi bersifat high-politic atau politik level tinggi yang cenderung membahas isu keamanan tradisional seperti perang atau damai, melainkan bersifat low-politic seperti isu-isu seputar kebudayaan, pendidikan, pariwisata, Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan, dll.[2] Anak muda dapat mempelajari topik-topik kekinian yang nantinya mereka kreasikan menjadi suatu karya. Penggunaan media sosial akan rugi jika pemuda tidak memanfaatkannya untuk mengembangkan diri mereka agar lebih kreatif dan mandiri.
Saat ini, diplomasi publik dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Anak muda juga dapat memanfaatkan kegiatan tersebut untuk mempromosikan Indonesia melalui nation-branding. Selain itu, anak muda juga dapat memanfaatkannya sebagai ladang bisnis kreatif yang saat ini sedang menjadi trend terutama start-up. Kegiatan positif pastinya akan berguna bagi pembangunan bangsa agar masyarakat dapat hidup lebih maju. Kegiatan tersebut antara lain mengadakan diskusi umum terkait pengembangan kreativitas anak muda dan bagaimana caranya anak muda bisa memasarkan keunggulan-keunggulan yang ada pada negara Indonesia. Selain itu, anak muda juga harus berlatih mengembangkan wirausaha sendiri yang nantinya mereka promosikan ke masyarakat lokal dan global. Fungsi diplomasi tersebut tidak hanya pada aspek interaksi langsung melainkan melalui promosi-promosi yang telah mereka lalukan demi mengembangkan usahanya.
Cara
yang paling ampuh agar diplomasi publik dapat lebih efektif adalah dengan cara
memaksimalkan media sosial mereka sebagai alat untuk branding, karena sebagian besar anak muda saat ini menjadikan akun
sosial media mereka sebagai citra yang secara tidak langsung mengenalkan
lingkungan hidup mereka kepada publik. Para pengikut atau follower mereka tahu
bahwa pergaulan mereka seperti itu dan karakteristik masyarakat yang dibentuk
seperti itu juga, namun yang perlu dipahami anak muda adalah pentingnya menjaga
moralitas dan image dari kehidupan
kita dan jangan sampai orang-orang menilai buruk karena kita mengekspos sesuatu
yang tidak bermoral. Intinya perbanyak berbagi kebaikan serta kreativitas dan
tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang istimewa sesuai
branding Wonderful Indonesia
[1] Racharjo, Putri Mentari, R.M.T Nurhasan Affandi. 2019. Diplomasi Publik Baru dalam Penyajian Informasi dan Gambaran Budaya Jepang oleh Saluran Youtube ‘only in Japan’. Padjajaran Journal of International Relations, Vol. 1, No. 1. Hal. 4
[2] ibid
sangat bagus penjelasannya